Kamis, 22 Desember 2011

"Lahir Kembali"

Ada sebuah kisah yang cukup menarik untuk kita renungkan berkaitan dengan "perubahan-pengosongan" diri yang gelap agar "cahaya" kehidupan dapat "menembus" kedalaman hati kita yang penuh dengan "kegelapan." Hati yang gelap ibarat sebuah ruangan yang tidak memiliki jendela, tidak memiliki lampu, dan juga tidak memiliki ventilasi udara. Ia menjadi semacam tempat yang tidak akan ada seorang manusia pun yang ingin menempatinya. Bukan hanya itu, mungkin serangga-serangga yang lain juga tidak tahan tinggal di dalamnya. Di suatu negeri Antaberantah, hiduplah seorang petani yang sangat sederhana. Kesehariannya ia hanya pergi ke sawah, membersihkan ladangnya atau memanen hasil ladangnya. Ia belum mengenal adanya listrik atau apalah namanya yang sudah dipakai oleh orang-orang di kota. Pikirannya lugu dan lurus, tanpa mengenal adanya perumpamaan atau bahasa kiasan. Pada suatu ketika, ia kedatangan seorang tamu dari kota. "Slamat siang, Pak" sapa Jo. "Siang, nak!" jawab Pak tani. "Boleh kita ngobrol-ngobrol sebentar", pinta Jo. "Boleh...", jawab Pak Tani. "Pak, kalau kita ingin meningkatkan kualitas hidup, kita perlu melakukan perubahan-perubahan dalam hidup kita", tutur Jo. "Apa itu, nak?", tanya pak tani. "Bapak harus lahir kembali, supaya menjadi manusia baru....", jawab singkat Jo. "Lo, kamu ini gila apa? Bagaimana saya bisa lahir kembali! Saya sudah setua ini kamu suruh masuk lagi ke rahim perempuan, ya?", sanggah pak tani. "oh... maaf Pak. Bukan itu maksud saya. Tetapi, lahir kembali maksudnya kita perlu merubah cara-cara hidup kita yang lama kepada cara-cara hidup yang baru. misalnya, selama ini bapak hanya memakai lampu semprong untuk penerangan rumah, sekarang perlahan-lahan mulai memakai listrik. Atau biasanya bapak hanya menukar hasil kebun bapak dengan beras atau barang-barang lainnya, sekarang perlahan-lahan bapak bisa menjualnya dan menerima uang. Seperti itu Pak", tutur Jo. "Oh...ho..ho... Nak, Jo, berarti kalau kita ingin hidup lebih baik, berarti kita harus mengubah pikiran kita, cara hidup kita, dan berani menerima perubahan-perubahan hidup", jawab Pak Tani. "Betul, pak. Kebaranian untuk mengubah dan menerima perubahan hidup akan semakin memampukan kita menjalani hidup secara lebih baik. Seperti Gembala yang dengan gembira menerima Kabar Gembira kelahiran Sang Mesias, dan bergegas datang kepada-Nya. Kita perlu memiliki dua sikap ini, yaitu menerima Kabar Gembira Keselamatan dan mau datang kepada Kabar Gembira itu. Dengan itu, Sang gembala menerima kesukaan dan kemuliaan besar", tutur Jo. "Oh...ho.. Terima nak Jo", ungkap Pak Tani. "Sama-sama Pak. Mari kita mengubah sikap kita dengan berani menerima sesuatu yang baik dan berani datang atau melakukan yang baik itu, maka kita akan menerima kebahagiaan dan kemuliaan yang besar....", pesan Jo. Untuk menjadi manusia baru, kita perlu membuka diri terhadap yang baru , yang baik dan membahagiakan, serta berani untuk melakukannya dalam hidup kita. Selamat Natal 2011