Kamis, 19 Maret 2009

Kehendak Bebas

Salah satu keunggulan manusia dibandingkan dengan ciptaan Allah lainnya adalah kehendak Bebas. Dengan kehendak bebas, manusia mampu merencanakan dan melakukan sesuatu sesuai dengan kehendaknya sejauh tidak melanggar atau merugikan (hak) orang lain.
Adanya kehendak bebas itu, di satu pihak memberikan peluang atau kemungkinan kepada manusia untuk merencanakan dan melakukan apa yang menjadi cita-cita hidupnya. Peluang-peluang itu tentu saja harus dimanfaatkan sedemian rupa untuk kebaikan dirinya sendiri, kebaikan orang lain, dan menuntut manusia untuk senantiasa memanage dirinya, terutama ego atau nafsunya untuk menguasai orang lain. Karena tidak dapat dimungkiri bahwa dalam diri manusia ada kehendak/keinginan untuk menjadi lebih dari "yang lain" tanpa mengindahkan norma-norma keindahan.
Untuk itu, kehendak bebas - ketika tidak dikendalikan dengan norma-norma keindahan, kesusilaan, keagamaan, atau norma-norma sosial lainnya, ia akan menjadi bencana bagi manusia itu sendiri. Dalam arti ini, kehendak bebas lebih pada memberikan kesempatan kepada manusia untuk memilih cara hidup yang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Kehendak bebas mesti diarahkan kepada kegiatan "untuk" kebaikan diri sendiri, sesama, alam semesta, dan kemuliaan nama Tuhan. Mari gunakan kehendak bebas dengan penuh tanggung jawab.

Rabu, 18 Maret 2009

Hari Indah

Hari kemarin adalah datum, yang memberi pengalaman untuk hidup hari ini. Hari ini adalah anugerah Allah yang harus dijalani dengan sebaik-baiknya. Hari esok adalah harapan, cita-cita yang mudah-mudahan dianugerahkan kembali oleh Allah untuk kita.
Hari yang indah adalah hari yang menyenangkan, membahagiakan, dan menginspirasi kita untuk menjadi lebih baik.
Cukupkah kita hanya mengagumi keindahan hari yang Tuhan anugerahkan untuk kita? Jawabannya adalah tidak. Kekaguman kita tidak boleh hanya berhenti pada indahnya hari, tetapi harus sampai pada kekaguman akan kemahabesaran dan kemahaindahan Sang Penciptanya. Karena dibalik semua yang ada, ada yang mengadakan, yakni Allah yang mahabaik.

Sudahkah kita memberikan diri dan memuliakan Allah dalam hari-hari indah yang Tuhan berikan untuk kita? Kalau kita mau jujur, tampaknya kita kurang memberikan diri dan memuliakan Allah. Kita lebih sering memuliakan diri kita, pekerjaan kita, prestasi kita atau teman-teman kita yang telah bebrbuat baik kepada kita.

Memang semua itu tidak ada salahnya. Namun kita lupa bahwa dibalik semua yang terjadi atas hidup kita, ada Dia yang menggerakan dan mengizinkan semua itu terjadi. Kita lupa bahwa Allah jauh lebih baik dari apa yang terjadi di dunia ini. Kita sering menutup rapat peran Allah atas hidup kita. Sebaliknya kita mengedepankan kemampuan diri kita sendiri. Inilah sifat angkuh kita. Inilah keegoisan kita.

Indahkah perbuatan yang demikian? Perlu kita renungkan lebih jauh. Kita perlu mencontoh "...orang-orang Lewi dan para imam setiap hari menyanyikan puji-pujian bagi TUHAN dengan sekuat tenaga" (2 Tawarikh 30:21). Kita perlu meneladani para pemazmur: "Setiap hari aku hendak memuji Engkau, dan hendak memuliakan nama-Mu untuk seterusnya dan selamanya" (Mazmur 145:2). Kita juga perlu : "...setiap hari... melanjutkan pengajaran mereka (para rasul) di Bait Allah dan di rumah-rumah orang dan memberitakan Injil tentang Yesus yang adalah Mesias"(Kisah 5:42).

Semoga dengan demikian hari indah yang Allah anugerahkan untuk kita dapat kita indahkan dengan memuji dan memuliakan nama-Nya di seluruh ujung bumi. Sebab Allah akan menyertai kita sampai akhir zaman.

Bersih

"...orang yang benar tetap pada jalannya, dan orang yang bersih tangannya bertambah-tambah kuat" (Ayub 17:9).

"Kebersihan pangkal kesehatan." Itu kira-kira tulisan tebal yang terpasang kuat di depan kelas saya sewaktu saya masih duduk di sekolah dasar. Tulisan itu memiliki pengaruh yang begitu kuat bagi aktivitas kami di dalam kelas. Semua penghuni kelas sangat menaati makna tulisan itu. Karena itu setiap pagi, sebelum pelajaran dimulai, kami beramai-ramai membersihkan kelas. Ada yang menyapu, ngelap kaca, nyiram bunga, dan membuang sampah. Pokoknya kelas harus bersih.
Demikian juga sesudah jam pelajaran berakhir, masing-masing dari kami harus menjaga kelas tetap bersih. Maka kalau ada yang menjatuhkan sampah, ia harus bertanggung jawab membersihkannya. Kalau tidak, kami didenda Rp 5000. Luar biasa.
Kebersihan memang sangat penting bagi tubuh kita. Makanan yang kurang bersih akan menyebabkan kita sakit perut. Air minum yang kotor atau air mandi yang kotor akan menyebabkan tubuh kita sakit. Atau udara yang kurang bersih akan mengganggu pernafasan kita.

Bersih

Kebersihan memang harus terus menerus diperjuangkan, kalau kita ingin hidup lebih tenang dan nyaman. Allah telah mengingatkan kita bahwa Ia "...baik bagi mereka yang tulus hatinya, bagi mereka yang bersih hatinya" (Mazmur 73:1).Karena "... siapa bersih kelakuannya, aman jalannya..." (Amsal 10:9).
Membersihkan diri dari berbagai macam "noda" perlu terus diupayakan. Karena diri yang "kotor" mengakibatkan perbuatan, sikap, atau tutur kata kita menjadi kotor. Lihat betapa banyak pembunuhan, penganiayaan, korupsi, penipuan, pemerkosaan, atau pemfitnahan terhadap orang yang tidak bersalah. Ini semua dipicu dan "dilahirkan" dari diri kita yang "kotor."
Diri yang "kotor" menjauhkan kita dari perbuatan-perbuatan yang dikehendaki Allah. Menjauhkan kita dari kebenaran-kebenaran yang ditunjukan dan diajarkan oleh Allah. Menjauhkan kita dari ketulusan-ketulusan untuk melayani, terutama bagi mereka yang miskin dan tersingkir.
Diri yang "kotor" mendorong kita untuk mengedepankan kepentingan diri sendiri dan mencampakkan orang lain. Kita didorong untuk mengalahkan orang lain dengan berbagai macam cara asal keinginan kita tercapai. Kita didorong untuk memerkaya diri sendiri dengan cara-cara yang tidak dikehendaki Allah.
Oleh karena itu, kita perlu membersihkan diri kita agar kita melakukan dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang dikehendaki Allah. Kita menanggalkan "kekotoran" diri kita dengan melibatkan dan memersekutukan diri dengan Allah. Membaca dan merenungkan sabda-Nya. Menjadikan Dia sebagai tujuan hidup kita. Ingat bahwa peziarahan kita di dunia ini berangsur-angsur menuju kepada Rumah Bapa. Karena itu, kita harus bersekutu dengan Dia, supaya bila saat tiba, Ia mengenal dan menyambut kita, seperti "gembala yang mengenal kawanannya."
Tetapi bila kita tidak membangun persekutuan dengan Dia, mungkin bila saat kita tiba, Ia tidak mengenal dan menyambut kita. Kita mungkin akan disambut oleh Setan. Mengerikan.....

Untuk itu renungkanlah firman Allah berikut ini:

"Bertobatlah masing-masing kamu dari tingkah langkahmu yang jahat dan dari perbuatan-perbuatanmu yang jahat; maka kamu akan tetap diam di tanah yang diberikan TUHAN kepadamu dan kepada nenek moyangmu, dari selama-lamanya sampai selama-lamanya" (Yeremia 25:5)

"Bertobatlah dan berpalinglah dari segala durhakamu, supaya itu jangan bagimu menjadi batu sandungan, yang menjatuhkan kamu ke dalam kesalahan" (Yehezkiel 18:30)

"Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus" (Kisah 2:38)

"Bersihkanlah hatimu dari kejahatan, ... supaya engkau diselamatkan! Berapa lama lagi tinggal di dalam hatimu rancangan-rancang kedurjanaanmu? (Yeremia 4:14)