Minggu, 26 Juni 2011

SEJUK

Sejuk menawarkan ketenangan, kesegaran, dan kedamaian. Ketika rumah kita sejuk, kita menjadi betah di rumah karena jiwa kita tenang, bahagia, dan segar. Atau ketika udara di sekitar kita sejuk, kita ingin berlama-lama menikmatinya.

Kesejukan memang meruangkan hati untuk mengenali dirinya dan memancarkan cahaya cinta ke luar dirinya. Hati yang sejuk, damai, akan memancarkan kedamaian, kebaikan yang menyejukan orang lain. Dalam kesejukan akan mengalir aliran-aliran air damai yang mencerahkan dan menyuburkan kehidupan dunia.

Bangunlah kesejukan di dalam dan melalui diri kita, maka kita akan menikmati indahnya kehidupan ini.

Kamis, 16 Juni 2011

Kejujuran yang Tertendang

Kisah buram negeri ini semakin hari semakin mengerikan. Para pemimpin kita merancang kehidupan bangsa ini dengan paradigma dan moralitas rendahan. Mereka mengabaikan prinsip-prinsip moral dan keadilan yang berke-Tuhan-an yang maha Esa dan kemanusiaan yang adil dan beradab.

Kita bisa belajar dari kasus di surabaya (orang tua yang jujur diusir) atau kasus pengemplangan pajak. Betapa kejujuran diremehkan dan bahkan ditendang. Memang inilah wajah buram negeri yang didesain oleh pemimpin yang berwajah buram. Keburaman wajahnya dengan mudah mengabaikan kejujuran, meniadakan keadilan, dan bahkan mensosialisasikan sikap dan perilaku yang melawan moral hidup masyarakat. Seperti korupsi, penggelaman uang rakyat, penindasan rakyat atas nama kerakusan, memecahbelah persatuan indonesia atas nama kepentingan. Sungguh ironis nasib negeri ini. Negeri yang berlimpah "susu dan madunya" dihancurkan oleh pemimpin yang rakus akan uang, rakus akan kekuasaan, rakus akan harta benda. Sungguh mengerikan.

Akan tetapi, apakah kita hanya harus mengeluh, mengeluh, dan mengeluh terus?
Sikap ini juga kurang bijak. Kalau kita hanya mengeluh, hasilnya adalah keputusasaan. Keputusaan menghasilkan teror dan brutalitas. Teror dan brutalitas menghasilkan penderitaan dan kesengsaraan. Penderitaan dan kesengsaraan menghasilkan kematian yang prematur, yaitu kematian yang belum pada waktunya.

Oleh karena itu, kita mesti menghasilkan sesuatu yang mampu meredam dan meminimalisir keadaan itu. Kita mesti, seperti Sang Guru Kebijaksaan yaitu mulai menghargai dan mencintai kejujuran. Kita mesti menghormati dan mencintai sesama seperti kita hendak diperlakukan. Kita mesti mulai bersikap dan berperilaku adil terhadap diri kita sendiri, lalu kepada sesama, dan kemudian kita persembahkan kepada Allah.

Marilah kita mencintai kejujuran, keadilan, dan ketulusan. Ketiga keutamaan ini akan melahirkan kasih yang tulus, iman yang kokoh, dan harapan akan kebaikan. Keutamaan ini dapat kita temui dalam keheningan diri, dengan menelanjangi diri, dan dengan penghormatan akan keberadaan yang lain. Hening, diam, hening, diam, dan berbuatlah yang baik seperti yang anda inginkan orang lain berbuat itu untuk diri anda.

Salam

Rabu, 15 Juni 2011

Menemukan yang Hilang

Masih ingat lagu Mutiara yang hilang? Kira-kira syairnya begini: lama sudah aku mencari; kesenangan di dalam hati; ... kala kusendiri. Mutiara yang hilang...dst. Syair lagu ini mengingatkan kita akan suatu masa yang hilang.

Kehilangan apa pun itu, kerapkali membuat kita bingung bahkan sampai stress. Dan itu tidak dapat dimungkiri. Namun kita juga mesti memahami bahwa sejarah (peziarahan) kehidupan tidak berjalan semulus yang kita bayangkan. Banyak duri dan kerikil-kerikil tajam yang menyertainya. Itulah hidup. Hidup tanpa tantangan adalah hidup yang kurang indah. Sebab hidup yang indah dibentuk dan dihiasi oleh perbagai macam pengalaman suka-duka. Dan masing-masing pengalaman itu membentuk dan mewarnai keberadaan hidup.

Untuk itu, hidup harus ditemui. Hidup harus digali dan disegarkan dengan berbagai macam warna-warni kehidupan dunia. Penemuan diri atas kehidupan berarti kita menemukan kekuatan untuk mengubah hidup kita. Sebab hidup hanya dapat diubah dengan kekuatan diri kita. Dan dengan kekuatan diri, kita dapat menemukan kembali diri kita yang hilang di telan zaman atau hawa nafsu...

Jadikan hidup kita inspirer bagi perubahan dan perbaikan hidup kita sendiri.

Selasa, 07 Juni 2011

Hati yang Memilih

Yoalinda adalah seorang gadis manis yang menawan. Sikap dan perilakunya anggun. Senyumnya manis dan memikat. Luar biasa. Orang-orang yang mengenalnya memberi julukan putri kayangan, bidadari dari kayangan. Karenanya, ia menjadi idola dan dambaan setiap orang di desanya. "Setiap orang ingin bertemu dengannya setiap hari", ujar seorang sahabatnya.

Lain halnya dengan Sipa. Wanita yang sok cantik, sok pinter. Sikap dan perilaku seenak gua. Senyumnya menjjijikan karena tidak tulus. Orang-orang yang mengenalnya memberi julukan "gadis neraka yang menyeramkan." Karena itu, ia sangat dihindari orang. Orang-orang takut berjumpa dengannya. "Kita takut dan malas bertemu dengan orang itu. mengerikan. Sok pintar. Ingin menang sendiri", tutur tetangganya.

Sikap dan perilaku dua gadis di atas sangat bertolak belakang. Kita semua mungkin juga setuju dengan apa yang diungkapkan oleh teman kedua gadis itu; bahwa sikap dan perilaku baik selalu dirindukan, sementara sikap dan perilaku egoisme, seenaknya sendiri, meremehkan orang lain, dsj. selalu dihindari. Kita sadar bahwa hidup yang bergairah adalah hidup yang dijalani dengan penuh cinta dan kasih sayang. Penuh keramahan dan akrab dengan orang lain. Menghargai orang lain seperti dia menghargai dirinya sendiri.

Bagaimana caranya kita menjalani hidup yang demikian?
Bagi saya sangat sederhana, yaitu menentukan pilihan hati pada yang baik. Hati yang memilih Kebaikan mampu mengendalikan ego dan sekaligus mendorong kita untuk berada pada jalur kebaikan. Hati yang memilih kebaikan menghindari kita dari sikap individualistis yang eksklusif karena hati akan "menarik" kita untuk ke jalur kebaikan.

Oleh karena itu, hidup yang bahagia, penuh kasih, penuh cinta, dapat kita jalani dan kita hidupi jika kita memilih untuk melakukannya. Jika kita memilih untuk mewujudkannya. Jika kita memilih untuk berada di dalamnya. Jika kita memilih untuk bersahabat dan bercinta dengan kebaikan.

Jadi, pilihlah cinta, kebaikan, kasih, ketulusan jika hidup kita ingin bahagia. Lakukan ini, maka kita akan tahu manfaatnya. Ingat, pilihan melakukan yang baik, niscaya akan menghasilkan kebaikan. Pilihan melakukan hidup kebahagiaan, niscaya akan menghasilkan kebahagiaan.

selamat untuk memilih menjadi bahagia....