Kamis, 16 Juni 2011

Kejujuran yang Tertendang

Kisah buram negeri ini semakin hari semakin mengerikan. Para pemimpin kita merancang kehidupan bangsa ini dengan paradigma dan moralitas rendahan. Mereka mengabaikan prinsip-prinsip moral dan keadilan yang berke-Tuhan-an yang maha Esa dan kemanusiaan yang adil dan beradab.

Kita bisa belajar dari kasus di surabaya (orang tua yang jujur diusir) atau kasus pengemplangan pajak. Betapa kejujuran diremehkan dan bahkan ditendang. Memang inilah wajah buram negeri yang didesain oleh pemimpin yang berwajah buram. Keburaman wajahnya dengan mudah mengabaikan kejujuran, meniadakan keadilan, dan bahkan mensosialisasikan sikap dan perilaku yang melawan moral hidup masyarakat. Seperti korupsi, penggelaman uang rakyat, penindasan rakyat atas nama kerakusan, memecahbelah persatuan indonesia atas nama kepentingan. Sungguh ironis nasib negeri ini. Negeri yang berlimpah "susu dan madunya" dihancurkan oleh pemimpin yang rakus akan uang, rakus akan kekuasaan, rakus akan harta benda. Sungguh mengerikan.

Akan tetapi, apakah kita hanya harus mengeluh, mengeluh, dan mengeluh terus?
Sikap ini juga kurang bijak. Kalau kita hanya mengeluh, hasilnya adalah keputusasaan. Keputusaan menghasilkan teror dan brutalitas. Teror dan brutalitas menghasilkan penderitaan dan kesengsaraan. Penderitaan dan kesengsaraan menghasilkan kematian yang prematur, yaitu kematian yang belum pada waktunya.

Oleh karena itu, kita mesti menghasilkan sesuatu yang mampu meredam dan meminimalisir keadaan itu. Kita mesti, seperti Sang Guru Kebijaksaan yaitu mulai menghargai dan mencintai kejujuran. Kita mesti menghormati dan mencintai sesama seperti kita hendak diperlakukan. Kita mesti mulai bersikap dan berperilaku adil terhadap diri kita sendiri, lalu kepada sesama, dan kemudian kita persembahkan kepada Allah.

Marilah kita mencintai kejujuran, keadilan, dan ketulusan. Ketiga keutamaan ini akan melahirkan kasih yang tulus, iman yang kokoh, dan harapan akan kebaikan. Keutamaan ini dapat kita temui dalam keheningan diri, dengan menelanjangi diri, dan dengan penghormatan akan keberadaan yang lain. Hening, diam, hening, diam, dan berbuatlah yang baik seperti yang anda inginkan orang lain berbuat itu untuk diri anda.

Salam

Tidak ada komentar: