Kamis, 20 Desember 2012

Test

Ketika saya melamar di sebuah perusahaan tambang sebagai trainer, saya dipanggil untuk mengikuti tes seleksi. Tesnya cukup mudah untuk diselesaikan. Saya mengerjakannya dengan sangat enjoy dan tanpa beban apa pun. Tes tahap pertama saya lalui dengan sukses. Demikian juga dengan tes-tes selanjutnya. Tahap terakhir dari seleksi itu adalah interview. Tes ini pun cukup mudah dan sangat sederhana untuk saya lakukan. Karena itu, saya yakin 100% pasti diterima, bila tidak ada faktor X yang mempengaruhi proses tersebut. Namun, apa yang saya duga menuai kebeneran. Sampai cerita ini saya tulis, tidak ada kabar beritanya. Padahal, mereka cerita seminggu setelah interview, saya akan dihubungi secara personal: diterima atau tidak. Sebulan, dua bulan, tiga bulan, dan bahkan sekarang sudah 3 tahun tetap tidak ada kabar beritanya. Saya ingin menanyakannya, tetapi tidak jadi. Saya pesan Yesus: "Apapun yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, itu kamu lakukan untuk Aku." Pesan Yesus ini mengurungkan niat saya untuk bertanya. Mungkin Dia ingin tetap saya sebagai seorang guru di sekolah, sehingga saya memiliki lebih banyak waktu untuk melayani di Gereja. 'Terima kasih Tuhan Yesus, Engkau telah menentukanku untuk tetap menjadi pewarta sabda-Mu dengan segala kekurangan dan kelebihanku. Aku percaya bahwa Engkau besertaku selalu... Imanuel...'

Rabu, 19 Desember 2012

Mabuk

Kisah ini mungkin cukup menjijikan untuk diceritakan. Meskipun demikian dengan kesadaran akan kehadiran dan keberadaan yang lain, kisah ini ingin saya ceritakan....... Saat liburan Natal tiba, kami sekeluarga memutuskan untuk berlibur ke tempat nenek di kampun, Toraja dan Bone-Bone. Jarak antara Sangatta -Toraja-Bone-Bone sangat jauh dan melelahkan. Mendengar kata "libur", anak-anak langsung riang gembira. "Naik pesawat, ya Pak?" tanya si sulung. "Ya dong..." jawab adiknya. "Asyik.........asyik.........asyik........" mereka melompat kegirangan. Pukul 06.00, kami sudah siap berangkat menuju Bandara Tanjung Bara. Haha.. anak-anak mulai gelisah.. "Kok naik mobil, pak? katanya naik pesawat?" mereka serentan bertanya kesal. "Tenang...tenang... sebentar lagi kita naik pesawat. Itu pesawatnya" saya mencoba menghiburnya. Ketika sampai di Bandara, mereka melihat pesawat kecil (cassa). "Lo, pesawatnya koq kecil, Pak?" tanya si sulung. "Ya, sekarang pesawatnya kecil. Nanti sampai di Balikpapan baru naik pesawat besar" jelas saya. Sesampai di Balikpapan, anak-anak tampak gembira. "Pak, pesawatnya besar-besar... banyak, ya...." teriaknya gembira. "Ya, ya... sebentar lagi kita naik pesawat itu" sambungku. "Asyik...asyik....asyik....." mereka teriak gembira. Pukul 12.45, kami dipersilahkan naik pesawat. "Ayo Pak, cepat naik" ajak anak-anak dengan gembira. Sesampai di dalam pesawat, anak-anak sangan gembira... dan tidak lama kemudian pesawat siap-siap take off. Pukul 13.50, kami sudah landing di bandara Hasanuddin, Makassar. Cuaca cukup cerah... dan kami meneruskan perjalanan menuju rumah di Makassar untuk mempersiapkan diri berangkat ke Toraja esok harinya.... Perjalanan Makassar-Toraja ditempuh selama 8 jam melalui darat. Maklum kondisi jalannya seperti ular.... berlekak lekuk.... dan ketika sampai di Enrekang... jalan seperti cacing kepanasan.... perut mulai dikocok dan digoyang-goyang....dan......... saya mulai muntah.....muntah.... anak-anak muntah.... mamanya muntah..... semua muntah....... Dalam kondisi yang demikian, kami menjadi lemas.... dan hanya mampu berdoa: semoga bisa sampai di tempat tujuan. "Tuhan Yesus, Engkaulah kekuatanku. Bantulah kami agar dapat menyelesaikan perjalanan ini. Seperti Engkau bersabda: 'Marilah kepada-Ku semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu.' Lindungilah kami. Sebab Engkaulah pengantara kami. Amin." Setelah berdoa demikian, kami membujuk anak-anak untuk memejamkan matanya dan... kami semua tertidur pulas sampai di tempat tujuan....Makale, Toraja. "Tuhan Yesus, kami puji dan muliakan Engkau. Engkaulah kekuatanku. Penyelamatku. Gunung batuku. Kota kediamanku. Bersama Engkau kami bahagia.... Amin."

Buah

Suatu pagi, ketika seorang nenek sedang asyik menari-narikan tangannya di halaman rumahnya agar dedaunan yang gugur terlihat rapi dan indah, tiba-tiba terdengar suara motor yang menggelegar... ngeng..........ngeng...........ngeng............. Si nenek langsung berpikir: pasti ada sesuatu dengan orang itu. Ia lalu bertanya kepada Kakek: "Kek, kenapa sih orang itu?" "Mana? Luis? Eman? John? atau siapa?" tanya kakek. "Luislah kek. Wong cuma dia yang nakal di kampung kita" tegas nenek. "Oh... itu. dia itu anaknya Durjag, yang suka merampok, mencuri, dan menipu itu lo..." jelas kakek. "Pantesan aja gak ada bedanya dengan bapaknya" tegas nenek. "Itulah yang disebut orang bijak: buah jatuh tidak jauh dari pohonnya" sambung kakek. Oleh karena itu, Yesus menegaskan kepada kita: "kita adalah ranting-ranting anggur. Yesus adalah pokoknya. Setiap ranting yang tidak berbuah akan dipotong dan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap..." jelas kakek. "Jadi, kita sebagai ranting-ranting Yesus harus menghasilkan buah-buah yang diharapkan oleh Yesus, ya Kek?" tanya nenek. "Ia. Kita harus mewujudnyatakan Yesus dalam seluruh sikap, pola pikir, dan tindakan kita setiap hari... Tidak ada kata terlambat untuk menjadi ranting-ranting-Nya...agar kita berbuah bersama Yesus" ungkap kakek dengan penuh iman. "Ok, siiiiiiiiiiiiiippppppppppp" sambung nenek.

Selasa, 18 Desember 2012

Perampok, Mucikari, dan Pemulung

AD MAIOREM DEI GLORIAM: Perampok, Mucikari, dan Pemulung: Ada sebuah kisah menarik yang sering saya ceritakan kepada umat saat memberikan renungan tentang kematian. Kisahnya sedikit konyol, tetapi p...

Perampok, Mucikari, dan Pemulung

Ada sebuah kisah menarik yang sering saya ceritakan kepada umat saat memberikan renungan tentang kematian. Kisahnya sedikit konyol, tetapi penuh makna. Begini ceritanya: "Pada suatu waktu, ada seorang perampok meninggal dunia. Ketika mengatahui tuannya meninggal, malaikat pelindungnya pergi menghadap St. Petrus, sang penjaga pintu surga. Malaikat : "Om Pet, selamat pagi, apa kabar hari ini?" Petrus : "Biasa. tidak ada yang baru." Malaikat : "Om Pet...." Petrus : "Yes, ada apa?" Malaikat : iiiiiiiiiiiii nii.... Petrus : "Ini apa?" Malaikat : "I...ni, tuan saya meninggal..." Petrus : "Kenapa kalo dia meninggal? Tidak apa-apa kan?" Malaikat: "Bukan begitu Om Pet..." Petrus : "Terusssssssssss" Malaikat :" Begini... bolehkah tuan saya masuk surga yang Om Pet jaga?" Petrus : "Bagaimana hidupnya waktu berziarah di dunia?" Malaikat : "Dia suka merampok, memeras, korupsi, dan menipu orang..." Petrus : "Kalau begitu, kamu antarkan dia langsung ke Neraka. Biar dia diproses di sana dulu..." Hari berikutnya.... Datang lagi seorang malaikat pelindung dari seorang Mucikari yang meninggal akibat kecelakaan... Malaikat : "Om Pet, tuan saya meninggal akibat kecelakaan..." Petrus : "Oh.. kasihan... apakah dia sudah bertobat? " Malaikat : "Belum, Om Pet. Malah sebelum meninggal, dia sangat gemar mencari gadis-gadis desa untuk dipekerjakan sebagai WTS" Petrus : "Oh...kalau begitu, serahkan dia ke neraka. Biar Beelzebul yang mengadilinya..." Hari berikutnya.... Datang pula malaikat pelindung seorang pemulung yang meninggal akibat sakit keras... Malaikat : "Om Pet, tuan saya meninggal akibat sakit keras. Dia tidak bisa ke rumah sakit karena tidak punya uang." Petrus : "Oh..kasihannya... apakah tidak ada orang kaya atau anggota DPR yang tergerak hatinya untuk menolong?" Malaikat: "Tidak Om Pet. Orang kaya sibuk dengan kekayaannya. Sementara anggota DPR sibuk membuat kwitansi dan stempel palsu untuk laporan proyeknya." Petrus : "Kalau begitu, panggilan tuanmu, bawa ke sini biar kutanya dulu..." Malaikat pergi memanggil tuannya ... Malaikat: "Tuan, mari kita menghadap om Pet.." Pemulung : "Ya..." Mereka lalu menghadap St. Petrus.... Malaikat: "Om Pet, ini tuan saya. silahkan Om Pet tanya..." Petrus : "Siapa namamu?" Pemulung: "Petrus, Tuan." Petrus : "Ah... Petrus..." Pemulung : "Ya, Tuan." Petrus : "Selama berziarah di dunia, apa yang sudah kamu lakukan?" Pemulung: "Saya hanya bisa memulung Om Pet. Mengais sisa-sisa makanan atau barang yang sudah di buang oleh orang-orang kaya atau anggota DPR, dan juga oleh para artis." Petrus : "Lalu kamu apa ini barang-barang itu?" Pemulung: "Untuk kebutuhan hidup saya Tuan. Saya makan dan minum dari sisa-sisa mereka Tuan..." Mendengar hal itu, St. Petrus menangis... Ia teringat akan Lazarus.... St. Petrus langsung memeluk pemulung itu dan menghantarnya ke surga. Petrus: "Inilah tempatmu. Berbahagialah bersama Allah Bapa." Pesan Moralnya: 1. Kelahiran kita ke dunia merupakan PINTU PERUTUSAN sebagai imam, raja, dan nabi. 2. Kematian adalah PINTU PERAYAAN PERUTUSAN sebagai imam, raja, dan nabi.