Senin, 06 Juli 2009

HATI YANG BERSYUKUR


“Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni” (Ibr 10:22) .

Hati yang bersyukur ibarat air yang menyejukan kehidupan. Air yang mengalirkan kesegaran dan kebaruan dalam proses kehidupan. Tanpa air yang segar, proses kehidupan tidak dapat berlangsung dengan baik. Air yang tercampur minyak atau yang sejenisnya sudah pasti akan menghambat atau bahkan menghancurkan kehidupan.
Kita lihat saja contohnya di Jawa Timur. Ketika air sungai porong dialiri luapan lumpur lapindo yang mengandung gas metan – yang tentu saja racun bagi kehidupan – mengakibatkan ikan-ikan di sungai dan tambak yang dilalui atau yang mengambil air dari situ mengalami kematian. Atau contoh lain, ketika kita mandi dengan air kotor kulit kita akan gatal-gatal. Masih banyak lagi contoh yang lain.
Demikianlah hati yang penuh dengan keluh kesah, dendam, dan rasa curiga akan membuat kehidupan kita menjadi tidak tentram. Hidup kita kacau dan bahkan stres. Hati yang diliputi iri hati, penuh tuntutan yang tidak realistis akan mengurangi proses pertumbuhan. Pertumbuhan kita akan pincang: fisik tumbuh, tapi jiwa kerdil. Keinginan dunia setinggi bintang, tapi keeratan dengan Sang sumber segalanya nihil. Tidak ada keseimbangan (equilibrium). Hidup seperti ini oleh Paulus dikategorikan hidup menurut daging. Sebab ”perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya” (Gal 5: 19-21).
Sementara kehidupan yang dilandasi hati yang penuh syukur akan mengalam proses pertumbuhan yang simbang. Hidup akan berlangsung dengan tenang dan damai. Sejuk. Tenang. Karena hati yang bersyukur adalah hati yang berkobar-kobar memuliakan dan memuji nama Tuhan Allah. Hati yang tulus, yang menerima setiap peristiwa sebagai sebuah pemuliaan dari Allah, yang hendak menjadikan dirinya sebagai diri yang serupa dengan Diri-Nya. Hati yang mencari dan menemukan kehendak Allah terlebih dahulu untuk dimuliakan dalam realitas-aktivitas hidupnya setiap hari: di rumah, di kantor, di desa, atau di mana saja. Hati yang dipimpin dan dipenuhi oleh Roh Kudus. Seperti yang yang ditegaskan oleh Paulus: ”... buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri” (Gal 5: 22-23).

Hati yang bersyukur senantiasa memuliakan Allah dengan memuliakan dirinya sendiri.
Hati yang bersyukur memuliakan sesamanya dengan membangun kejujuran, keadilan, mengasihi, menyanyangi dalam pergaulan-komunitas harianny.a
Hati yang bersyukur memuliakan Allah dan dirinya dengan memuliakan pekerjaannya sebagai anugerah Allah yang harus diselesaikan sesuai dengan kehendak Allah.
Hati yang bersyukur menerima rahmat dan mukjizat Allah sebagaimana yang dikehendaki-Nya.

Tidak ada komentar: