Jumat, 09 September 2011

BERDOA

Menjelang istirahat malam, Lukas memanggil kedua orang tuanya dan seorang kakaknya. “Pak, Bu, Kakak cepat ke sini”, teriak Lukas. Mereka kaget. “Jangan-jangan…”, pikir Ibunya. “Ah… ngelantur”, seru Bapaknya. Dengan perasaan agak cemas, mereka perlahan-lahan mendekati kamar Lukas. “Pelan-pelan…”, bisik sang Bapak.
Sesampai di pintu kamar Lukas, mereka diam dan dengan sangat hati-hati melongok ke dalam kamar. “Ada apa, Pak?”, tanya Ibunya. “Gak ada apa-apa. Lukas sedang membaca Kitab Suci. SSSttt…”, seru Bapaknya.
Melihat kejadian itu, mereka diam dan memutuskan untuk kembali lagi ke kamarnya masing-masing. “Ayo kita tidur lagi. Biarkan Lukas membaca Kitab Sucinya. Besok baru kita tanya-tanya dia”, ajak sang Bapak. “Ayooo…”, jawab sang ibu dan kakak.
Namun sebelum sampai di kamarnya masing-masing, Lukas berteriak lagi dengan suara lebih keras. “Pak, Bu, Kak….. cepat ke sini!!! Kalian ngapain sih koq gak sampai-sampai di kamarku? Cepetannnnnnnnnnn!!”, teriak Lukas. “Ya, ya, ya, Nak”, jawab ibunya.
Mereka segera bergegas menuju kamar Lukas. “Ada apa, Nak? Malam-malam koq teriak-teriak”, tanya ibunya. “Bapak, Ibu, sama Kakak cepet masuk ke kamarku!”, teriak Lukas.
Mereka segera masuk ke kamar Lukas. Lalu duduk dan siap mendengarkan apa yang mau disampaikan Lukas.

Bapak : “Ada apa Nak. Ceritalah pada kami.”

Ibu : “Ia, Nak. Malu kita mendengar teriakan malam-malam.”

Kakak : “Ia, ngapain sih teriak-teriak begitu?”

Lukas : “Bapak selalu bilang kalau kita berdoa jangan pendek-pendek. Sementara Yesus memberitahu para murid-Nya, berdoa itu jangan panjang-panjang. Ibu juga selalu bilang jangan lupa berdoa dimanapun kita berada. Sementara Yesus memberitahu para murid-Nya kalau berdoa masuk ke dalam kamar dan kuncilah kamar itu. Kakak juga selalu bilang sama aku, kalau berdoa jangan doa Bapa Kami terus, padahal Yesus mengajarkan kepada para murid-Nya kalau berdoa, berdoa Bapa Kami. Bagaimana itu?”

Bapak : “Ya. Bapak tahu. Tapi, Yesus juga tidak melarang kita berdoa lebih panjang dari doa Bapa Kami, kan? Yesus ingin kalau kita berdoa, berdoa dengan tulus dan rendah hati. Jangan dibuat-buat seperti orang munafik. Seperti orang-orang Farisi. Kalau dilihat orang rajin berdoa. Tetapi kalau tidak ada orang tidak pernah berdoa. Yesus juga menghendaki agar di saat kita berdoa, kita berdoa dengan penuh syukur, memuliakan Allah, dan mengakui bahwa kita adalah orang berdosa. Karena itu, kita perlu berdoa dengan penuh syukur, iman, dan penuh harapan untuk menerima pengampunan atas segala perilaku kita yang tidak baik.”

Lukas : “Tapi, Pak, Yesus juga sering berdoa sendirian. Kenapa Bapak selalu nyuruh aku berdoa bersama?”

Bapak : “Ya, semuanya baik. Doa pribadi baik. Doa bersama juga baik. Dalam doa pribadi kita berdialog dengan Tuhan secara pribadi dan lebih intensif. Dalam doa bersama kita membangun persekutuan dengan Tuhan dan sesama. Bersama dengan sesama kita memuji dan memuliakan Tuhan. Yesus juga melakukan hal sama, kan? Kadang Ia berdoa sendirian dan lain waktu Ia berdoa bersama para murid-Nya. Jadi semuanya baik.”

Lukas : “Oh… berarti kalau kita berdoa, kita tidak boleh marah, ya Pak?”

Bapak : “Marah sama siapa?”

Lukas : “Sama teman atau siapa saja yang menjadi musuh kita.”

Bapak : “Saat kita mau berdoa, hati kita mesti rela untuk mengampuni. Maka Tuhan memerintahkan kita untuk berdamai terlebih dahulu dengan sesama sebelum kita bersekutu dengan-Nya. Kalau tidak, kita menjadi orang munafik. Seperti yang ditegaskan oleh Yesus: barangsiapa mengaku mengasihi Allah, tetapi membenci sesamanya yang kelihatan, ia munafik.” Jadi dalam berdoa hati kita harus tertuju kepada Allah, penuh syukur, penuh pengampunan untuk memuliakan Allah.

Lukas : “Ya, ya….”

Dalam berdoa kita patut bersyukur, memuliakan Allah, dan menyampaikan dengan rendah hati pengharapan kita. Doa yang baik perlu diawali dengan hati yang tulus, rela mengampuni, dan menerima sesama sebagai saudara.

Tidak ada komentar: