Selasa, 03 April 2012

KEBAHAGIAAN

Alex, Ronald, Rena, dan Cheryl, empat sekawan yang saling memerhatikan dan membantu dalam suka dan duka. Mereka rata-rata berasal dari keluarga yang sangat sederhana, namun taat dan patuh pada Tuhan. Orang tua Patrick bekerja sebagai buruh tani yang penghasilannya tidak menentu. Orang tua Nico bekerja sebagai buruh bangunan. Orang tua Rena bekerja sebagai guru di pelosok kampung yang jauh dari keramaian. Sementara, orang tua Cheryl bekerja sebagai buruh pabrik. Dalam kesederhaan itu, empat sekawan ini saling membantu dan mengasihi satu sama lain, seperti orang tua mereka yang juga saling mengasihi dan menyanyangi satu sama lain. Bahkan ketika mereka tidak cukup makan tiga kali sehari, mereka tetap bahagia. Bagi mereka kebahagiaan bukan karena memiliki banyak harta, tetapi memiliki kehidupan dan kasih sayang. “Kebahagiaan berasal dari dalam diri kita, bukan dari luar diri kita”, tegas Alex. “Bila kita ingin bahagia, kita harus merasa cukup dengan diri kita”, sambung Ronald. “Kita harus menjadi pribadi yang penuh syukur, bebas dari berkeinginan yang berada diluar kemampuan kita”, tutur Rena. “Kita bahagia dengan apa yang kita miliki, bukan dengan apa yang ingin kita miliki”, tegas Cheryl. Mereka hidup luar biasa. Fokus kehidupannya bukan pada apa yang ingin mereka miliki, tetapi pada apa yang mereka miliki. Menakjubkan. Luar biasa. Dimana pun mereka berada, mereka menikmati hidupnya dengan apa yang dimilikinya. Melihat kenyataan itu, banyak teman-temannya yang iri. Misalnya, ketika mereka di sebuah taman sambil bersenda gurau dengan tertawa-tertawa kecil bahagia, tiba-tiba datanglah seorang teman sekolahnya. “Eh..orang-orang miskin, ngapain lo di sini?”, ejeknya. “Kami sedang bersenda gurau. Mau ikutan?”, jawab mereka. “Tidak. Malu-maluin main sama orang-orang miskin, seperti kalian! Puek!”, ejeknya. “Ya… terserahlah. Kami hanya menawarkan saja. Memang kami miskin harta, tetapi kami kaya kasih sayang dan cinta”, ujar mereka. “Puek! Puek! Puek!”, ejeknya sambil pergi meninggalkan mereka. “Kasihan teman kita itu, ia kaya tapi hatinya tidak bahagia. Jahat”, tutur Alex. “Karena itu, kebahagiaan bukan ditentukan oleh harta benda yang kita miliki, tetapi oleh cinta dan kasih sayang yang kita berikan kepada sesama”, sambung Ronald dan Rena. “Iya betul, betul sekali. Kebahagiaan hidup hanya dapat kita raih dan rasakan ketika kita merasa cukup dan bahagia dengan apa yang kita miliki”, lanjut Cheryl. “Seperti kita ini, miskin harta, tapi kaya cinta dan kasih sayang”, puji Alex. “Inilah yang ditegaskan Yesus dalam khotbah-Nya di bukit (Mat 5: 3-12): ‘Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur. Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi. Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan. Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.’", tambah Ronald. Kebahagiaan hidup dapat diraih dalam cinta dan kasih sayang yang kita bagikan kepada orang lain. Kita bahagia ketika kita merasa cukup dengan apa yang kita miliki. Untuk itu, jadilah pribadi yang penuh syukur, penuh kasih, dan penuh dalam keberadaan kita, maka kita akan bahagia.

Tidak ada komentar: