Selasa, 15 Mei 2012

Rosario

Bulan Mei dan Oktober adalah bulan yang dikhususkan oleh Gereja guna memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh umat beriman untuk berdoa bersama Bunda Maria, Bunda Allah, Bunda Yesus Kristus. Kebaktian kepada Bunda Maria ini disebut Devosi. Devosi berasal dari bahasa latin devotio, yang berarti “kebaktian, pengorbanan, sumpah, kesalehan, cinta bakti.” Dengan melakukan devosi, umat diharapkan semakin menyadari bahwa “manusia dengan segala tradisi, budaya, inteligensi, afeksi-emosi, dan rohaninya diterima dan dikuduskan oleh Allah.” Allah melalui Yesus Kristus dalam Roh Kudus “menerima manusia dalam keseluruhan dimensinya.” Selain itu, devosi juga mau “menampilkan sisi pemahaman dan penghayatan iman umat yang beranekaragam, yang merakyat, bukan yang teologis.” Apakah cara seperti ini salah? Praktek devosi yang dilakukan oleh umat beriman, seperti devosi kepada Sakramen Mahakudus, Jalan Salib, Rosario, Novena, atau Ziarah adalah baik dan benar selama dihayati dalam “roh dan kebenaran” (Yoh 4:23). Artinya Praktek Devosi harus dijauhkan dari: (1) pandangan bahwa devosi adalah pengganti liturgi resmi Gereja. Umat tetap harus mengutamakan liturgy resmi gereja, baru sesudah itu melaksanakan devosi. Gampangnya: “devosi adalah sarana alternative umat beriman dalam menghayati imannya akan Yesus Kristus sebagai Juru Selamat Dunia.” (2) bahaya praktik magis. Umat tidak boleh menganggap bahwa rumusan doa Salam Maria, atau Rosario itulah yg mengabulkan doanya. Tetapi umat harus senantiasa mengingat dan mempercayai bahwa sumber daya, kekuatan, dan terkabulnya doa hanyalah Allah saja. Allah melalui Yesus Kristus dalam Roh Kudus. (3) pengingkaran iman Gereja, yang TRINITARIS. Kesalehan dan antusiasme devosional harus selalu ditempatkan dalam rangka pemuliaan ALLAH TRINITARIS. Bukan pemuliaan Patung, Biji Rosario dsb. Semoga devosi kita – terutama ROSARIO yang kita laksanakan pada bulan Mei dan Oktober – memberi sumbangan yang sangat berharga dalam hidup iman kita. Saya harap dengan melaksanakan devosi kepada Bunda Maria, kita semakin menyadari pentingnya: (1) dimensi afeksi-emosi dalam liturgi. Kita beriman sebagaimana adanya kita. (2) kesederhanaan ungkapan iman dalam liturgi. Kita berdoa dan berkomunikasi dengan Tuhan menurut kemampuan dan bahasa kita yang sederhana. Tidak perlu rumit dan melayang-layang di udara. (3) berdoa secara terus menerus atau mengulang-ngulang doa yang sama. Dengan begitu, kita mengalami bahwa Tuhan, Allah hadir disini, kini, dan dekat dengan kita. ALLAH TERLIBAT DALAM HIDUP KITA. IMANUEL.

Tidak ada komentar: