Minggu, 03 Juni 2012

BERJALAN BERSAMA ALLAH

Hidup berkeluarga merupakan panggilan khusus yang dianugerahkan Allah kepada setiap manusia. Sebagai panggilan, hidup berkeluarga terjadi bukan semata-mata karena kehendak manusia, tetapi melibatkan Allah di dalamnya. Allah turut serta merencanakan, menghendaki, dan memberkati keluarga kita. Allah menjadi sendi dasar terbangunnya sebuah keluarga yang terberkati. Sementara suami-istri menjadi bangunannya, yang menghiasi, mengembangkan, dan merawatnya dengan cinta kasih yang total dari keduanya. Untuk itu, hidup berkeluarga (perkawinan) melambangkan hubungan antara Kristus dan Gereja-Nya (Ef 5: 22-23). Mereka akan hidup dalam persekutuan seperti halnya hidup Gereja sebagai persekutuan. Mereka adalah Gereja mini. Perkawinan memperlihatkan dan melambangkan kasih Allah kepada manusia dan kasih Yesus kepada Gereja-Nya. Mereka bukan lagi dua, melainkan SATU. Kesatuan pasangan dalam menziarahi panggilannya di dunia sebagai keluarga yang diberkati Tuhan membutuhkan perjuangan yang terus menerus tanpa henti. Kemampuan untuk bertahan sebagai keluarga yang diberkati Allah merupakan ketaatan kita pada kehendak Allah. Seperti Yusuf dan Maria. Namun, dengan adanya berbagai macam godaan dan tawaran yang lebih menarik, suami-istri perlu mengupayakan dan melibatkan kekuatan Allah, yang menyatukan dan memelihara mereka. Mereka perlu terus berjalan bersama Allah. Berjalan bersama Allah membutuhkan keterbukaan dan ketaatan kepada kehendak dan firman-Nya. Seperti Musa, suami-istri perlu terus menyerahkan diri agar Allah tetap bersama mereka. Berkatalah Musa kepada-Nya: "Jika Engkau sendiri tidak membimbing kami, janganlah suruh kami berangkat dari sini. Dari manakah gerangan akan diketahui, bahwa aku telah mendapat kasih karunia di hadapan-Mu, yakni aku dengan umat-Mu ini? Bukankah karena Engkau berjalan bersama-sama dengan kami, sehingga kami, aku dengan umat-Mu ini, dibedakan dari segala bangsa yang ada di muka bumi ini?" (Kel 33:15-16). Penyertaan Tuhan memberikan nilai yang berbeda bagi setiap suami-istri dalam menziarahi hidup keluarganya. Suami-istri akan diarahkan dan dituntut Allah pada jalan yang dikehendaki-Nya, bukan kepada jalan yang mereka kehendaki. Seperti Bangsa Israel, dalam perjalanannya menuju Kanaan, mereka dipimpin oleh Tuhan dengan menggunakan tiang awan pada siang hari dan tiang api pada malam hari. Demikian juga Yosua dipimpin dan dibimbing oleh Allah karena Yosua mengikat perjanjian dengan Allah. Bahwa Allah akan memberikan semua tanah Kanaan asalkan Yosua berjalan sesuai dengan kehendak Tuhan. Dalam Yosua 1, kita membaca janji Tuhan itu: “Setiap tempat yang akan diinjak oleh telapak kakimu Kuberikan kepada kamu, seperti yang telah Kujanjikan kepada Musa. Dari padang gurun dan gunung Libanon yang sebelah sana itu sampai ke sungai besar, yakni sungai Efrat, seluruh tanah orang Het, sampai ke Laut Besar di sebelah matahari terbenam, semuanya itu akan menjadi daerahmu. Seorangpun tidak akan dapat bertahan menghadapi engkau seumur hidupmu; seperti Aku menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai engkau; Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau. Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, sebab engkaulah yang akan memimpin bangsa ini memiliki negeri yang Kujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyang mereka untuk diberikan kepada mereka. Hanya, kuatkan dan teguhkanlah hatimu dengan sungguh-sungguh, bertindaklah hati-hati sesuai dengan seluruh hukum yang telah diperintahkan kepadamu oleh hamba-Ku Musa; janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, supaya engkau beruntung, ke manapun engkau pergi. Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.” Berjalan bersama Allah memberikan kekuatan dan kemuliaan bagi setiap keluarga. Keluarga akan menjadi cahaya-terang dan garam dunia. Seperti keluarga Kudus dari Nazareth, hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. ”Bersabdalah, ya, Tuhan, hamba siap mendengarkan.” Keluarga yang berjalan bersama Allah menziarahi hidupnya sesuai dengan kehendak Bapa (Mat 7:21-23). Kebersamaan Allah di dalam keluarga memberikan kekuatan dan kedamaian bagi setiap keluarga (Maz 29:11). Keluarga yang berjalan bersama Tuhan pergi mendekati Tuhan setiap harinya dan berdiri di hadapan-Nya. Ini adalah kehidupan yang pergi dihadapan Tuhan dengan rendah hati; ini adalah kehidupan yang dengan taat berdiri dihadapan Tuhan dengan hanya berkata, “Berbicaralah Tuhan.” Berjalan bersama Tuhan berarti “kita tetap berada di dalam Allah dan Dia di dalam kita: Ia telah mengaruniakan kita mendapat bagian dalam Roh-Nya.” Kita tidak goyang ke kiri atau ke kanan. Hidup kita berpusat pada Firman dan hanya mencari muka Tuhan. Dengan berjalan bersama Tuhan, kita mengandalkan Tuhan pada waktu susah dan menerima kasih karunia dari atas untuk menyelesaikan masalah-masalah ini. Berjalan bersama Tuhan menjadikan hidup kita selalu berada dalam kelimpahan. Ini karena mata Tuhan selalu bersama kita dan Dia tidak pernah meninggalkan kita. Berjalan bersama Tuhan berarti kita hidup sesuai dengan kehendak Tuhan, kita berdiri dihadapan Tuhan dan mempunyai Yesus di dalam kehidupan kita. ”... kamu harus menaruh perkataanku ini dalam hatimu dan dalam jiwamu; kamu harus mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu” (Ul 11:18) “Berbahagialah orang, yang menaruh kepercayaannya pada TUHAN, yang tidak berpaling kepada orang-orang yang angkuh, atau kepada orang-orang yang telah menyimpang kepada kebohongan!” (Mzm 40:4) “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus…” (Flp 2:5)

Tidak ada komentar: