Senin, 30 Mei 2011

Kasih Yang Tetap Tinggal

Dalam Yoh 15: 9-11, ada dua kata penting yang patut kita renungkan: “Tinggal” dan “Kasih” Untuk merenungkan kedua kata itu, saya akan awali dengan sebuah kisah.

“Anak Kecil, si Malaikat”

Konon ada sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dgn satu anak yg baru berumur 6 tahun. Pada suatu hari, sang ibu mengeluh kesakitan. Ia kemudian memeriksa diri ke dokter. Dokter mendiagnosa ibu ini menderita sakit berat, yg berakibat pada kelumpuhan. Dan memang akhirnya ibu ini lumpuh.
Menyadari dirinya sudah tidak mampu lagi berbuat sesuatu untuk suami dan anaknya, ibu meminta kepada suami dan anaknya untuk meninggalkannya sendirian agar ia cepat mati tanpa harus menyiksa suami dan anaknya.
“Ayah pergilah. Bawa serta anak kita. Biarlah anak kita bahagia dengan teman barunya. Aku kasihan melihatnya” pinta sang ibu. “Kenapa?” Tanya sang suami. “Ia, ayah dan anak kita boleh menikmati hidup yg bahagia, tanpa harus mengurus orang lumpuh. Biarlah mama sendirian, toh Tuhan sudah mendampingi mama”, jawab sang istri.
Mendengar alasan itu, sang suami terdiam sejenak dan akhirnya menuruti permintaan istrinya. Ia pergi mencari kerjaan di kota. Sementara sang anak tidak mau meninggalkan ibunya. Ketika dibujuk oleh ayahnya, ia berkata: “Aku mau tinggal sama ibu. Ayah pergi saja. Aku mau ibu melihat aku besar” pinta sang anak. Sang Ibu, juga merayu si anak, agar ia pergi ke kota bersama ayahnya. Namun, si anak menjawab: “ibu, aku mau tinggal sama ibu. Meskipun ibu sakit, aku akan merawat dgn kasih, sama seperti ibu telah merawat saya.” Sang ibu menangis dan memeluk putrinya. “Trima kasih anakku” puji ibunya. “Ya, bu. Aku juga berterima kasih bu. Karena ibu mengijinkan aku untuk tinggal bersama ibu dan merasakan apa yang ibu rasakan.”
Ketika sang ayah sudah pergi ke kota dan tidak pernah kembali lagi, sang anak dengan tekun merawat ibunya. Ia memasakkan ibunya sebisanya. Setiap hari ia pergi ke hutan mencari tanaman yg kiranya bisa makan. Sampai pada suatu siang yang panas, ia merasa capek dan lelah. Ia duduk disamping keranjangnya. Tiba-tiba datang gadis cantik menghampirinya. “Kenapa anak manis?” “saya capek habis ngambil bahan masakan ini (sambil nunjuk keranjangnya)” “kenapa kamu sendirian?” “Ia. Ayah saya pergi ke kota dan tidak pernah kembali. Ibu saya sakit lumpuh. Saya harus merawatnya.” “Bolehkah saya membantumu?” “Boleh. Saya senang sekali. Apalagi kalo kakak mau tinggal di gubuk kami.”
Mereka lalu pulang. Sesampai di rumah, sang anak menghampiri ibunya. “Ibu, aku punya kakak. Ia membantu aku tadi.” Gadis cantik itu menghampiri sang ibu dan berbisik: “terima kasih sudah menerima saya di rumah yg indah ini. Mari kita duduk.” Sang ibu menjawab: “maaf nona, saya tidak bisa duduk. Saya lumpuh.” “ia saya tahu, tapi sekarang ibu boleh duduk”
Sang ibu sembuh. Sang anak lari memeluk ibunya sambil berkata: “terima kasih, ibu sudah mengijinkan saya dan kakak ini tinggal dan melayani ibu”
“Terima kasih untuk semua… terima kasih sudah mau tinggal dan mengasihi ibu yang tidak berguna ini. Kalianlah malaikat Ibu.”
Setelah itu, gadis cantik itu pamit pergi… dan menghilang dari pandangan mereka. Ternyata gadis cantik itu adalah Malaikat Penolong utusan Allah.

Bapak/ibu dari kisah ini, kita dapat memahami apa maksud Yesus mengucapkan kata tinggal dan kasih berulang kali kepada kita. Yesus mau menegaskan kepada kita bahwa:
a.) Kita mesti terlibat aktif meruangkan hati untuk mengenal, merasakan, mengalami, menghidupi hidup Yesus dan kasih-Nya dalam sikap dan perilaku kita.

b.) Kita mesti menyelaraskan, meneladani hidup-Nya dan menimba kasih-Nya, yang tidak terbatas.

c.) Kita mesti melayani-Nya dalam pelayanan kepada sesama dalam kasih yg total seperti paulus dan Bernabas, anak kecil. Sehingga kita dapat mengabarkan keselamatan dan perbuatan-perbuatan ajaib Allah dari hari ke hari.

Semoga kita dikuatkan Allah untuk melakukan itu semua.

Tidak ada komentar: