Minggu, 18 Januari 2009

Berbuah

Seorang petani bercerita kepada seorang nabi tentang masalah buah. Pak Tani dengan bangga dan penuh semangat menceritakan bahwa mangga yang ditanamnya berbuah lebat, besar dan sangat manis. Semua orang di kampungnya berbondong-bondong datang dan ingin membeli buah mangganya. "Tapi, tuanku nabi?", tegasnya, "setiap orang yang datang lupa bahwa mangga saya itu bisa berbuah seperti itu karena saya mencintainya. Setiap pagi saya siram, saya ajak bicara. Siang hari saya siram dan saya tanyakan dia butuh apa. Setiap petang hari, saya siram dan saya ajak berdoa supaya hari yang berlalu memberi modal kehidupan untuk membuat hari esok menjadi lebih baik."
Sang nabi terkejut mendengar cerita pak tani tersebut. "Hai, bagaimana mungkin bapak bisa berbicara, berdialog, dan berdoa bersama pohon mangga?" tanya sang nabi. "Itu soal mudah, tuanku nabi" ujarnya. "Bagaimana caranya? Coba ceritakan!" pinta sang nabi. "Sebagai manusia, saya adalah makhluk hidup yang diciptakan oleh Tuhan. Demikian juga pohon mangga saya. Ia adalah makhluk hidup yang diciptakan oleh Tuhan. Sebagai ciptaan Tuhan, kami saling berbagi" paparnya. "Dalam hal ini, hati yang tulus dan terbuka menjadi syarat utama. Artinya, ketika hati kita tertuju pada Tuhan, sang Sumber segala yang ada, maka kita dapat berdialog dengan semua ciptaan-Nya" lanjutnya.
"Oh... sungguh hebat. Saya kagum dengan iman Bapak akan kebaikan semua ciptaan Tuhan" puji sang nabi. "Tapi?" sang nabi berhenti sejenak sambil memegang keningnya. "Bolehkah saya diajari supaya saya bisa seperti anda" tanya sang nabi. "Ah... tuanku nabi.. hamba hanya orang biasa yang tidak mengerti apa artinya hidup bersama Tuhan" timpal pak Tani. "Saya yakin, tuanku nabi jauh lebih hebat." jelas pak Tani.

Cerita di atas menggambarkan betapa pentingnya kita belajar kebijaksanaan dan kearifan hidup pada orang-orang sederhana, yang sungguh hidup mengandalkan Tuhan, yang mahakuasa. Hidup bijak adalah keharusan kalau kita ingin berdamai dengan Tuhan dan sesama. Hidup bajik adalah keniscayaan kalau kita ingin "bersendagurau" dengan semua ciptaan Tuhan. Hidup religius adalah kenikmatan ketika kita bersama dan bersatu dengan Allah yang mahabaik, mahapengasih, dan mahapenyanyang.

"Jadilah bijak, bajik, dan religius, maka hidup kita akan damai dan sejahtera."

Tidak ada komentar: